KATA PENGHANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya. Solawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada bimbingan besar kita Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan safaatnya di Yaumul Kiamah nanti.
Makalah yang berjudul “ Umrah ” ini menjelaskan tentang rukun umrah, wajib umrah dan sunnah umrah. Makalah ini akan dijadikan sebagai tambahan dan acuan untuk memenuhi tugas akhir kuliah di semester satu, yang akan digunakan untuk memenuhi mata kuliah Fiqih oleh dosen pengampu M.Nasrul Arifin, M. HI. Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan saya mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam makalah ini. oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan dari dosen dan teman - teman demi lebih baiknya makalah ini.
Sekian yang dapat saya sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Tulungagung , Desember 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………..................................... i
Dartar Isi ……………………………………………………………….................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………..……………..…..................................... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………................................... 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………….….. .................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Menjelaskan Tentang Rukun Umrah ......................................................................... 3
B. Menjelaskan Tentang Wajib Umrah........................................................................... 11
C. Menjelaskan Tentang Sunnah Umrah.................................... .................................. . 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….................................. 17
B. Saran…………………………………………………………................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makna umrah secara bahasa artinya berziarah atau mengunjungi. Adapun secara syar`i adalah berziarah ke Baitullah (Mekkah) dengan niat ihram (berumroh), melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka`bah, melakukan Sa`i di antara Shafa dan Marwah, dan terakhir mencukur rambut kepala (tahallul). Sebagai sebuah perjalanan ibadah yang berbeda dengan ibadah haji yang harus di laksanakan di bulan tertentu (Dzulhijjah), kita boleh melakukan ibadah umroh kapan saja. Namun yang lebih baik adalah ketika belum terlalu banyak jamaah atau orang yang datang ke Tanah Suci sehingga kita akan relatif lebih khusyuk dan tidak berdesak-desakan.
Ulama Malikiyah dan kebanyakan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa umroh itu sunnah muakkad, yaitu umroh sekali seumur hidup. Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah lainnya berpendapat bahwa umroh itu wajib sekali seumur hidup karena menurut istilah mereka sunnah muakkad itu wajib. Pendapat yang paling kuat dari Imam Syafi’i, juga menjadi pendapat ulama Hambali bahwa hukum umroh itu wajib sekali seumur hidup. Pendapat yang terkuat dalam hal ini, umroh itu wajib bagi yang mampu sekali seumur hidup. Sedangkan pendapat yang menyatakan hukumnya sunnah (mu’akkad) berdalil dengan dalil yang lemah (dho’if) sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Jadi bagi yang mampu, sekali seumur hidup berusahalah tunaikan umroh. Namun perlu diketahui bahwa ibadah umroh ini bisa langsung ditunaikan dengan ibadah haji yaitu dengan cara melakukan haji secara tamattu’ atau qiran. Karena dalam haji tamattu’ dan haji qiran sudah ada umroh di dalamnya. Sementara untuk umroh-umroh berikutnya adalah sunnah.
Ibadah umroh tidak dibebankan kepada seluruh kaum muslimin. Hanya yang mampu saja, yang dalam istilah agama disebut dengan istitha’ah. Pengertian mampu adalah mampu secara fisik, yaitu sehat dan kuat. Sebagaimana kita ketahui ibadah umroh sebagian besar adalah ibadah fisik sehingga diperlukan fisik yang kuat bagi yang akan melaksanakannya. Selain fisik, rohani juga harus siap. Selain jasmani dan rohani, seorang calon jamaah umroh harus mampu secara ekonomi, artinya mampu membayar biaya perjalanan ibadah umroh.
Di dalam fiqih juga disebutkan bahwa seseorang tidak bisa dikatakan mampu jika yang dipakai biaya perjalanan ibadah umroh adalah modal utamanya sehari-hari yang apabila dipakai dikhawatirkan akan mendapatkan kemudharatan bagi diri dan keluarganya. Hal penting lagi adalah masalah keamanan. Jika semua kemampuan sudah dimiliki namun keamanan menuju Tanah Suci tidak terjamin maka tidak ada kewajiban bagi dirinya untuk menunaikan ibadah umroh. Juga aman bagi keluarga yang ditinggalkan di tanah air yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi, seorang yang diwajibkan berumroh adalah orang yang mampu secara fisik, rohani, ekonomi dan keamanan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Rukun Umrah dan Bagian-Bagiannya?
2. Apa Pengertian Wajib Umrah dan Bagian-Bagiannya?
3. Apa Pengertian Sunnah Umrah dan Bagian-Bagiannya?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Rukun Umrah dan Bagian-Bagiannya.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Wajib Umrah dan Bagian-Bagiannya.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Sunnah Umrah dan Bagian-Bagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. RUKUN UMRAH
Rukun adalah sendi-sendi ibadah umrah. Karena itu, rukun umrah tidak boleh ditinggalkan. Umrah tidak cukup dan belum sah selagi semua rukun belum bertepuhi. Misalnya Thawaf atau Sa’i kurang sejengkal atau selangkah atau memotong rambut kurang seutas. Di samping belum sah, yang bersangkutan juga belum bisa tahallul (keluar dari ihram) seumur hidup selagi rukun itu belum terpenuhi. Konsekuensi dari hal itu, ia tetap tidak sah melaksanakan akad nikah, menjadi wali nikah dan menikahkan. Jika menggauli istinya untuk pertama kena Dam/denda seekor unta di samping umrah nya batal. Untuk persetubuhan kedua dan seterusnya , ia kena dam/denda seekor kambing. Dengan kata lain larangan-larangan ihram masih berlaku bagi orang yang belum menuntaskan rukun umrah secara sempurna.[1]
Rukun umrah yaitu:
Sebelum menuju ke Miqat (tempat memulai ihram umrah), mandi besar dahulu, lalu menggunakan wewangian secukupnya saja, setelah itu berpakaian ihram.
Ø Niat Ihram Umrah
Menurut mazhap Syafi’i (dalam Tuhfatul Muhtaj Fi Syarhil Minhaj, 14/464-466), lafald niat umrah, akan lebih baik jika mengadap ke arah kiblat jika keadaan mengizinkan. Niatnya yaitu:
نَوَيْتُ الْعُمْرَتَوَاَحْرَمْتُبِهَ اِللَّهِ تَعَلَى
Artinya: ‘’Aku berniat umrah, dan aku berihram umrah karena Allah SWT’’.
Sedangkan niat umrah untuk mengumrahkan orang lain yaitu:
) وَاَحْرَمْتُبِهَ اِللَّهِ تَعَلَى Sebut namaنَوَيْتُ الْعُمْرَتَ (
) وَاَحْرَمْتُبِهَ اِللَّهِ تَعَلَى Sebut namaنَوَيْتُ الْعُمْرَتَ (
Artinya: ‘’Aku berniat mengumrahkan si Fulan (sebut nama) dan berihram umrahnya kareana Allah SWT’’.
Setelah sampai di Miqat (Dzul-khulaifah/bir all/bandara KAA), kemudian jika memungkinkan masuk ke masjid, lalu sholat tahiyatul masjid atau sholat hajad 2 rakaat. Setelah itu membaca:
لَبَّيْكَ االلَّهُمَّ عُمْرَةً
Artinya: ‘’Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah dengan berumrah’’.
Jika dikhawatirkan ada sesuatu hal yang menghalanginya, hendaknya ia bersyarat dengan mengatakan:
ا اَللَّهُمَّ مَحِلِّي حَيْثُ حَبَسُتَنِي
Artinya: ‘’Apabila ada sesuatu yang menghalangiku, maka tempatku bertahallul adalah dimana Engkau menahanku’’.
Setelah itu dianjurkan membaca doa berikut ini:
اَللَّهُمَّ فَحَرِّمْالَحْمِي وَدَمِي وَشَعْرِي وَبَشَرِي عَل ا لنَّرِ
Artinya: ‘’Ya Allah karena-Mu hamba haramkan rambut, kulit dan darah hamba’’.
Diteruskan dengan memperbanyak membaca bacaan talbiyah sampai di Makkah dan membaca Talbiyah hingga menjamah (berisyarat) pada hajar aswad. Bacaan talbiyah yaitu:
لَبًّيْكَ ااَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَلاَ شَرِيْا لَكَلَبَّيْكَ، اِنَّاْ كَمْدَ واانِّعْمَتَ لَكَ وَاْمُلْكَ لاَ شَرِ يْكَ لَكَ
Artinya: ‘’Ya Allah hamba penuhi panggilan-Mu dan tetap taat kepada-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya pujian, nikmat dan kekuasaan hanya milik-Mu. Tak sekutu bagi-Mu’’.
Selasai membaca bacaan Talbiyah dianjurkan membaca:
االلَّهُمَّ هَذَا حَرَمُ رَسُوْلِكَ فَا جْعَلْهُ لِيْ وَقَا يَهَ مِنَ اانَّا رِوَ أمَا نَةً مِنَا اعَذَ ابِ وَسُوْ ءِاْ كِحِسَا بِ
Artinya: ‘’Ya Allah, negeri ini adalah tanah haram Rasul-Mu Muhammad SAW, maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka, aman dari siksa dan buruknya hisab’’.[2]
Ø Thawaf
Thawaf yaitu mengelilingi kaabah, dilakukan setelah tiba di makkah. Thawaf dibedakan menjadi 4 yaiti: (1) Thawaf rukun (thawaf rukun haji disebut juga thawaf ifadhah/ziarah, dan thawaf rukun umrah). (2) Thawaf qudum (thawaf penghormatan kepada kaabah. Thawaf qudum tidak termasuk rukun atau wajib umrah. Dilaksanakan pada hari pertama kedatangannya di makkah). (3) Thawaf sunnat (thawaf yang dapat dikerjakan pada setiap kesempatan dan tidak diikuti dengan sa’i). (4) Thawaf wada’ (penghormatan akhir kepada Baitullah. Hukumnya wajib bagi setiap orang yang akan pergi meninggalkan makkah. Misalnya: pulang ke tanah air sendiri, ke tempat yang jauh di luar makkah yang jaraknya kurang lebih 81 km, ke suatu tempat yang akan digunakan bermukim selama 4 hari/lebih. Bila seseorang telah melaksanakan Thawaf wada’, ia wajib segera pergi, jika ia terlambat pergi hingga tertunda dengan sengaja yang lamanya seukuran sholat 2 rakaat, maka Thawaf wada’nya batal. Kecuali jika terlambat karena udzur syar’i seperti: berdoa, membeli bekal perjalanan atau sakit maka thawaf wada’nya tidak batal sekalipun lama terlambatnya). Kesunahan setelah Thawaf wada’ yaitu:
· Sholat sunnah 2 rakaat.
· Pergi ke multazam, menempelkan perut dan dadanya sambil membentamgkan kedua tangannya dan meletakkan pipinya yang kanan atau dahinya pada multazam, lalu berdoa.
· Minum air zam-zam sekenyang-kenyangnya.
· Kembali ke Hajar Aswad (bila mampu) mengusapnya 3 kali, mengecupnya sambil menempelkan dahi dan kedua telapak tangannya.
· Keluar dari masjid berjalan ke depan sambil membelakangi kaabah, tidak boleh berjalan mundur walau dengan alasan menghormati kaabah.
· Sunnah keluar dari pintu Wada’ dan makruh berhenti di pintu masjid ketika keluar.[3]
a. Niat Thawaf
Niat hanya wajib pada thawaf sunnah, thawaf qudum, thawaf wada’ dan thawaf nadzar. Sementara untuk thawaf rukun umrah tidak wajib didahului niat thawaf, sebap thawafnya telah masuk dalam rangkaian niat umrah (ihram).
b. Syarat Thawaf
1. Suci dari hadas besar dan kecil
· Jemaah disyaratkan mengambil air wudhu sebelum melakukan tawaf.
· Bagi wanita yang sedang haid, dia harus menunggu sampai haid nya selesai. Seterusnya mandi wajib, ambil wudhu, kemudian barulah dia boleh melakukan tawaf.
2. Suci daripada najis pada pakaian, badan dan tempat tawaf.
3. Menutup aurat sebagaimana di dalam solat.
4. Tawaf hendaklah dimulakan pada sudut Hajarul Aswad.[4]
5. Sewaktu berjalan melakukan tawaf, Baitullah hendaklah sentiasa berada di sebelah kiri bahu.
· Jika bahun kirinya tidak menghadap ke kaabah, maka hendaklah segera membetulkan bahunya itu menghadap ke arah bangunan kaabah.
6. Berjalan dengan tujuan dan niat bahwa sungguh-sungguh tawaf.
· Jika terdapat jemaah yang berpisah daripada kumpulannya atau pasangannya, lalu dia berjalan selepas itu bertujuan untuk mencari kumpulannya atau pasangannya, maka batal thawafnya.
7. Cukup tujuh keliling dengan yakin.
· Jika kurang yakin dengan jumlah putaran yang telah dilakukan saat tawaf, maka hendaklah mengambil jumlah yang terkecil. Contohnya, jika jemaah was-was antara 6 putaran atau 7 putaran, maka dikira masih 6 putaran (bilangan terkecilnya), maka jemaah hendaklah mencukupkan satu lagi pusingan.
· Jika tawaf secara berkumpulan, jemaah hendaklah memakai keyakinan sendiri dalam menentukan jumlah putaran tawaf, walaupun bercanggah dengan rakan sekumpulan.
8. Tawaf itu hendaklah dilakukan di luar dari bagian Kaabah seperti Hijir Ismail dan Syazarawan.
· Semasa tawaf tidak boleh menyentuh bangunan Kaabah, kelambunya, Hijir Ismail dan Syazarawan.
c. Sunnah Thawaf
1. Tawaf dengan berjalan kaki.
2. Berittiba’ (Memakai pakaian ihram dalam keadaan membuka bahu sebelah kanan) bagi lelaki sepanjang tawaf.
3. Berlari-lari bagi lelaki pada putaran 1, 2,3. Pada putaran ke 4-7 jemaah lelaki berjalan seperti biasa.
4. Melakukan istilam (Sentuh) Hajar Aswad kemudian mengucupnya. Jika tidak mampu, disunatkan isyarat dengan tangan dari jauh kemudian kucup tapak tangan tanpa membunyikan suara kucupan tersebut. Begitu juga sunat istilam (sentuh) rukun yamani tetapi tidak mengucupnya. Jika tak mampu, disunatkan isyarat dengan tangan dari jauh sambil menyebut
tanpa kecup tapak tangan tersebut.*Jemaah hanya dibolehkan melakukan isyarat pada dua tempat ini. Jika ingin mengucup hajar aswad, pastikan dilakukan di luar masa tawaf.
5. Membaca doa dan wirid.
6. Berturut-turut tujuh putaran tawaf. Kalau lelah boleh berhenti dan disambung pada tempat perhentian tadi. Yang baik adalah disambung pada penjuru Hajar Aswad.
7. Tawaf dengan tawaduk dan khusyuk.
8. Melakukan solat sunat dua rakaat setelah selesai tawaf di belakang Maqam Ibrahim. Jadikan maqam Ibrahim antara kita dan kaabah, surat yang dibaca adalah surat al-kafirun di rakaat pertama dan surat al-iklas di rakaat kedua. Dengan membaca:
وَ اتَّخِذُ وَامِنْ مَقَا مِاِ بْرِ اهِيمَ مُصَلَّى
Artinya: ‘’Dan jadikanlah maqam Ibrahim tampat sholat’’.
Makruh ittiba’ ketika menunaikan solat sunat tawaf Selepas menunaikan solat sunat ihram, sunat berdoa di belakang Maqam Ibrahim dan juga di Multazam (satu kawasan antara Hajar Aswad dan Pintu Kaabah). Seterusnya sunat minum air zamzam sepuas-puasnya, dan menyirami kepala, berdoalah terlebih dahulu kemudian dengan tangan kanan (berdoa sesuai dengan keperluan), kembali lagi ke hajar aswad dan istilam dengan melambaikan tangan. Kemudian sunat keluar daripada kawasan tawaf melalui Bab al-Safa (Pintu Safa) untuk melakukan Sa’i.
Ø Sa’i
Sa’i adalah perjalanan dari bukit Syafa menuju bukit Marwa. Kini kedua bukit ini telah masuk ke dalam komplek Masjidil Haram.
a. Niat Sa’i
Pada dasarnya pelaksanaan Sa’i tidak harus dengan melafalkan niat. Tanpa niat pun Sa’i tetap sah, sebap Sa’i merupakan bagian dari rukun umrah, sehingga niatnya cukup mengikuti niat ihram umrah. Akan tetapi jika jamaah umrah ingin memantapkan Sa’i dengan melafalkan niat, maka niat Sa’i adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ أَنْ أَسْعَأ مَا بَيْنَ ااصَّفَا وَاْ امَرْوَةِ سَعَي ااْعُمَّرَةِ سَبْعَأ كَا مِلاَّ االلَّهِ تَعَا لَى
Artinya: ‘’Aku niat Sa’i (berjalan) antara Syafa dan Marwa, Sa’i umrah karena Allah SWT’’.
Sa’i dimulai dari bikit Syafa. Di bukit Syafa angkatlah kedua tangan dengan menghadap kiblat, kemudian sambil mengingat bahwa:
‘’Allah maha besar 3x tidak ada Ilah kecuali Allah yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan, bagi-Nya segala puji dan Dia kuasa atas setiap sesuatu, tidak ada Ilah kecuali Allah yang Esa, Dia tepati janji-Nya dan Dia tolong hamba-Nya dan Dia hancurkan musuh-musuh-Nya’’. Bacaan ini bibaca hingga 3 kali, kemudian diselingi dengan doa, misalnya doa mendoakan orang tua, atau bisa dengan doa apapun yang sekiranya hafal dan lancar.
Lalu menuju bukit Marwa, khusus pria ketika melalui dua lampu hijau lakukan dengan berlari kecil. Saat mulai mendekati Marwa lakukan seperti memulai Sa’i, lakukan sebanyak 7 kali, lalu keluar dari pintu dekat marwah kemudian tahallul dengan potong rambut.[5]
b. Syarat Sa’i
1. Hendaknya dilakukan selepas melakukan Tawaf.
2. Mulai dari Bukit Syafa dan disudahi di Bukit Marwah.
3. Cukup tujuh kali dengan yakin, yaitu dikira dari Safa ke Marwah sekali dan dari Marwah ke Safa sekali.
4. Hendaklah Sa’i di tempat yang telah ditentukan (di dalam Mas’a)
5. Mengekalkan niat dengan sungguh-sungguh untuk ber Sa’’i.
6. Tidak memiliki tujuan lain, selain benar-benar melakukan Sa’i.
c. Sunnah Sa’i
1. Keluar ke tempat sa’i melalui Pintu Syafa.
2. Menaiki Bukit Syafa dan Marwah hingga sampai ke batu-batu bukit.
3. Mengadap ke arah kiblat dan mengangkat kedua belah tangan sambil mengucapkan(االلَّهُ أكْبَرُ االلَّهُ أكْبَرُ، االلَّهُ أكْبَرُ، (setiap kali berada di atas Bukit Safa dan Marwah.
4. Berlari-lari kecil bagi lelaki (tidak bagi wanita) apabila sampai di suatu tempat yang bertanda lampu hijau.
5. Berturut-berturut (muwalat) antara putaran Sa’i.
6. Suci daripada hadas besar dan kecil serta menutup aurat.
7. Berjalan kecuali uzur. Maka boleh menggunakan kendaraan seperti kerusi roda.
8. Berdoa.[6]
Ø Cukur
Ketentuan mencukur atau menggunting rambut yang merupakan bagian rukun umrah ini adalah:
· Wajib: Menghilangkan 3 utas rambut kepala dengan cara apapun.
· Utama: Laki-laki mencukur semua rambut kepalanya, sedangkan wanita memotong sedikit pada ujung rambutnya.
· Sunnah: Menghadap kiblat pada waktu bercukur atau memotong rambut serta membaca takbir, doa dan dzikir.
· Doa waktu mencukur atau memotong rambut,
‘’ Ya Allah sungguh ini adalah ujung rambut hamba yang ada dalam kekuasaan-Mu, maka jadikanlah untuk hamba setiap rambut suatu cahaya di hari kiamat, dan ampunilah segala dosa hamba’’.
Ø Tertib
Pelaksanaan semua rukun umrah harus tertib semuanya, mulai dari niat ihram, Thawaf, Sa’I hingga cukur rambut.[7]
B. WAJIB UMRAH
Wajib adalah perbuatan yang wajib dilakuakan, tetapi jika perbuatan wajib ini ditinggalkan, umrah tetap sah. Namun wajib membayar Dam/denda sebagai konsekuensi dari kewajiban yang ditinggalkan.
· Niat ihram dari Miqat Kamani
Yang dimaksud ‘’Miqat’’ adalah batas pelaksanaan. Miqat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
Ø Miqat Zamani adalah batas waktu pelaksanan umrah. Miqat Zamani umrah adalah tidak tentu. Maksutnya semua hari dan bulan dalam setahun, bisa digunakan untuk melaksanakan umrah.
Ø Miqat Kamani adalah tempat pembatasan dalam memulai ihram umrah. Jadi seseorang yang hendak berniat ihram, ia harus berada pada tempat-tempat yang telah ditetapkan sebagai Miqat. Jiak dilanggar maka akan dikenai Dam. Dalam ketentuan syariat islam, Miqat Makani ditetapkan ada 5 lokasi, yakni: (1) Bir ali (Miqat bagi penduduk Madinah dan yang melewatinya), (2) Rabigh/Juhfah (Miqot bagi penduduk Mesir, Syam, dan jamaah yang datang melalui wilayah itu, (3) Yalamlam (Miqot bagi penduduk Yaman, termasuk juga penduduk Indonesia karena jalur pesawat terbang dari Indonesia biasa melintas di atas Yalamlam), (4) Qarnul Manazil (Miqot bagi penduduk Najd dan orang-orang di sekitarnya dari penduduk teluk dan orang lain yang datang dari arah Riyadh-Thaif), (5) Dzat ‘Irqin (Miqat bagi penduduk irak dan siapa saja yang melewatinya).
· Meninggalkan Larangan Ihram
Larangan-larangan bagi seorang yang ihram untuk diwaspadai, Secara umum larangan-larangan dalam ihram dibahagi menjadi tiga, yaitu:
1. Larangan Yang Dikhususkan Bagi Lelaki Sahaja
a. Memakai pakaian bersarung/berjahit, baju kemeja, kain pelikat.
· Jika sekiranya seorang lelaki yang berada dalam ihram umrah memakai pakaian yang dilarang secara terlupa atau tidak sengaja hendaklah dia menanggalkan pakaian tersebut dengan segera berganti. Seseorang tersebut tidak berdosa dan tidak dikenakan Dam, tetapi jika dia melengah-lengahkan dan pura-pura tidak ingat maka dia berdosa dan dikenakan Dam (takhyir dan taqdir).
· Seorang lelaki yang berada dalam ihram umrah boleh memakai pakaian yang dilarang dalam kategori ini jika ada keperluan. Dia tidak berdosa akan tetapi diwajibkan membayar Dam (takhyir dan taqdir). Contohnya : (a) Memakai sarung lutut yang dipakai untuk meredakan sakit lutut, Jika dipakai secara dililit, kemudian disemat dengan pin maka tidak dikenakan Dam; (b) Memakai kasut pada kaki yang sehat untuk mengimbangi kasut yang dipakai pada kaki palsu.
b. Menutup kepala atau sebagainya dengan songkok, kopiah, sorban, kain ihram dan sebagainya.
· Seorang lelaki semasa ihram umrah diperbolehkan melakukan perkara-perkara berikut tanpa wajib menyempurnakan Dam: (a) Menggunakan payung; (b) Berteduh di bawah pohon (c) Berteduh di bawah perkemahan/terop yang telah disediakan. Jika terlupa atau tidak sengaja melanggar, maka seseorang tersebut tidak berdosa dan tidak dikenakan Dam, tetapi jika dia melengah-lengahkan dan pura-pura tidak ingat maka dia berdosa dan dikenakan Dam (takhyir & taqdir).
c. Memakai sepatu atau kasut yang menutupi jari kaki dan tumit.
Seorang lelaki semasa dalam ihram umrah diperbolehkan melakukan perkara-perkara berikut tanpa wajib menyempurnakan Dam:
(a) Memakai sepatu yang menampakkan jari-jari kaki; (b) Menutup kaki dengan kain ihram;
2. Larangan Yang Dikhususkan Bagi Wanita Sahaja
a. Menutup muka
· Seorang wanita yang berada dalam ihram umrah boleh memakai penutup hidung dan mulut jika ada suatu keperluan. Akan tetapi tetap diwajibkan menyempurnakan Dam (takhyir dan taqdir)hanya saja dia tidak berdosa.
· Boleh menutup muka dan hidungnya dengan tangan untuk mengelakkan debu agar tidak masuk ke dalam hidung dan mulutnya, tanpa wajib menyempurnakan Dam. Sedangkan untuk lelaki dibolehkan menutup mukanya semasa dalam ihram umrah kerana larangan ini hanya dikhususkan bagi wanita sahaja.
b. Memakai sarung tangan atau yang semisal.
3. Larangan Umum (Lelaki & Wanita)
a. Memakai sarung tangan. Jika terpaksa boleh melindungi tangan di sebalik kain tudung atau kain ihram.
b. Memakai wewangian di badan, makanan, minuman atau menghirunya.
· Seseorang yang berada dalam ihram umrah boleh mengunakan: (a) Ubat gigi, sabun mandi, shampoo, minyak angin (walaupun berbau wangi tapi jika niatnya untuk kebersihan maka tidak dikenai Dam).
· Jika sekiranya seseorang yang berada dalam ihram umrah memakai atau menghirup wangi-wangian secara terlupa atau tidak sengaja dan atau disembur, terciprat dengan minyak wangi pada badan atau pakaiannya tanpa kerelaanya, hendaklah dia menghilangkan kesan bau-bauan itu. Seseorang tersebut tidak berdosa dan tidak dikenakan Dam tetapi jika dia melengah-lengahkan, maka dia berdosa dan dikenakan Dam (takhyir & taqdir).
· Terhadap Hajar Aswat dan Kelambu Kaabah (yang dilumuri wewangian). Jika seseorang tersebut tidak mengetahuinya maka dia tidak berdosa dan tidak dikenai Dam asalkan segera dihilangkannya, namun jika dia mengetahuinya dan tetap mengecupnya atau menyentuhnya bahkan mencium baunya maka ia wajib dikenakan Dam (takhyir dan taqdir).
· Wanita yang memakai wangi-wangian herbal adalah tidak berdosa dan tidak dikenakan Dam kerana tujuan pemakaiannya adalah untuk kesehatan bukannya untuk berwangi-wangi.
c. Memakai minyak di kepala, janggut dan semua bulu muka selain daripada yang tumbuh di pipi dan dahi.
· Memakai losyen pelindung tubuh dari sinar ultra violet dibolehkan dengan syarat losyen tersebut tidak mengandung wewangian dan tidak untuk kecantikan.[8]
**Dam takhyir dan taqdir boleh dipilih antara 3 perkara berikut :
(1) Menyembelih seekor kambing di Tanah Haram Makkah yang sah dibuat korban, atau (2) Bersedekah kepada enam (6) orang fakir miskin di Tanah Haram Mekah. Setiap seorang dua (2) cupak makanan asli Makkah, atau (3) Berpuasa tiga (3) hari.
d. Menanggalkan rambut atau bulu daripada mana-mana anggota badan.
· Jika sekiranya seorang yang berada dalam ihram umrah menanggalkan rambut atau bulu secara sengaja, tidak sengaja atau terlupa, dia tetap dikenakan Dam ‘’ untuk 1 utas rambut = 1 mud (6 ons) gandum, 2 utas rambut 2 mud (12 ons) gandum, 3 utas rambut atau lebih = 1 ekor kambing’’. *Tidak berdosa jika perkara ini berlaku secara tidak sengaja atau terlupa, tetapi berdosa jika dengan sengaja.
· Tidak dikenakan Dam atas orang yang berada dalam ihram umrah yang mendapati rambut atau bulu yang gugur di atas tilam atau bantal ketika bangun dari tidur. *Begitu juga keadaannya bagi wanita yang yang mendapati rambut-rambut yang tertinggal dalam serkup tudung kepalanya ketika dia menanggalkan serkup kepala tersebut.
e. Mengerat atau memotong kuku.
· Jika seorang yang berada dalam ihram umrah mengerat atau memotong kuku secara sengaja, tidak sengaja atau terlupa dia tetap dikenakan Dam ‘’ untuk 1 potong kuku = 1 mud (6 ons) gandum, 2 potong kuku 2 mud (12 ons) gandum, 3 potong kuku atau lebih = 1 ekor kambing’’. *Tidak berdosa jika perkara ini berlaku secara tidak sengaja atau terlupa. Tetapi berdosa jika dengan sengaja.
· Menghilangkan kuku/rambut yang banyak, kalau dilakukan di tempat yang terpisah dan di waktu yang berlainan, maka setiap seutas rambut atau sepotong kuku fidyah/Dam nya tetap 1 mud (6 ons) gandum.
f. Haram memotong/menebang/mengerat/mencabut/merusak pepohonan dan rerumputan tanah haram, baik yang dimiliki orang atau tidak. Kecuali beberapa tumbuhan yang tidak haram, antara lain: tanaman yang biasa dibuat obat, izkir (sejenis tumbuhan wangi) dan pohon berduri. Pelaku larangan ini dikenakan Dam kambing untuk I pohon kecil, dan Dan unta untuk 1 pohon besar.
g. Memburu binatang buruan darat yang halal dimakan atau membinasakannya di Tanah Halal atau Haram.
· Jika seseorang memijak seekor belalang hingga mati walaupun secara tidak sengaja, dia tetap wajib menyempurnakan Dam menurut nilai belalang tersebut, sedangkan seseorang itu membunuh nyamuk, lalat dan laba-laba karena serangga-serangga tersebut menganggunya maka tidak dikenakan Dam.
· Kalau membunuh dengan sengaja atau tidak, dendanya wajib menganti dengan menyembelih binatang yang seimbang dengan binatang yang dibunuhnya. Yang dimaksud seimbang adalah hewan yang seharusnya diganti dengan menyembelih kambing, tidak cukup diganti dengan menyembelih unta, sekalipun harga unta lebih mahal.
h. Jima’ atau bersetubuh yang dilakukan sebelum tahallul awal adalah membatalkan atau merusak ibadah umrah. Pelakunya wajib membayar Dam berupa unta. Jika tak mampu atau tak ada unta, ia wajib membayar Dam seharga unta di makkah untuk dibelikan makanan pokok dan disedekahkan. Kalau tidak mampu bisa digamti dengan puasa (untuk 1 mud/6 ons = 1 hari puasa). Selain Dam itu pelakunya juga wajib meng-qodho’ umrahnya pada lain waktu. Dan ia masih harus menuntaskan umrahnya yang rusak atau batal ini hingga selesai agar ia bisa tahallul (keluar dari ihram). Jika setelah umrah rusak ia tidak menuntaskan umrahnya hingga tahallul dan hanya membayar Dam serta berniat umrah qodho’ di waktu lain, berarti ia tetap berstatus ihram seumur hidup. Dengan kata lain larangan-larangan ihram lainnya masih berlaku baginya.
i. Jima’ atau bersetubuh yang dilakukan usai tahallul awal, tidak merusak umrah. Pelakunya hanya dikenai Dam 1 ekor kambing.
· Mukadimah jima’ seperti memegang, mencium, merangkul tidak dikenakan Dam apabila tidak dilakukan dengan syahwat. Bila hal ini dilakukan dengan syahwat pelakunya dikenakan Dam berupa 1 ekor kambing.
j. Orang yang sedang ihram, haram melakukan akad nikah (sebagai calon suami atau istri), haram juga menjadi wali, atau menjadi wali wakil/wali hakim. Dalam hal ini tidak ada Dam/fidyah, hanya saja pelakunya berdosa.[9]
C. SUNNAH UMRAH
1. Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak dan rambut kemaluan.
2. Mandi untuk ihram.
3. Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).
4. Memakai kain dan selendang putih untuk pria.
5. Sholat sunnah ihram sebanyak dua rakaat sebelum berniat ihram.
6. Membaca bacaan Talbiyah.
7. Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.
8. Membaca doa-doa yang dianjurkan nabi.[10]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rukun umrah yaitu: Niat ihram umrah, Thawaf, Sa’i, Cukur, Tertib
Wajib umrah yaitu: Niat umrah dari Miqat Makani, Meninggalkan larangan ihram.
Sunnah umrah yaitu:
1. Menghilangkan semua kotoran badan, kuku, rambut ketiak dan rambut kemaluan.
2. Mandi untuk ihram.
3. Berwangi-wangian pada badan saja (sebelum niat).
4. Memakai kain dan selendang putih untuk pria.
5. Sholat sunnah ihram sebanyak dua rakaat sebelum berniat ihram.
6. Membaca bacaan talbiyah.
7. Memperbanyak bacaan Talbiyah selama dalam keadaan ihram.
8. Membaca doa-doa yang dianjurkan nabi
B. SARAN
Demi lebih baiknya makalah ini kami meminta saran dan ktitikan dari Dosen pengampu dan pembaca. Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun kata-kata kami yang kurang pantas.
[1] Taufiqurrochman, Manasik haji dan Ziarah spiritual (Jalan Gajayana 50 Malang, UIN Malang pres: DESEMBER 2009). Hlm 5-7
[2] Said salim basawad,dkk, Album Menuju Haji Mabrur(Jalan bentoel no 45 Surabaya, PT.Java pustaka grup: 2004) hlm 21-23
[3] IBID. hlm 22-24
[4] Taufiqurrochman, Manasik haji dan Ziarah spiritual (Jalan Gajayana 50 Malang, UIN Malang pres: DESEMBER 2009). Hlm 23-27
[5] IBID. hlm 27-29
[6] IBID. hlm 28-29
[7] Said salim basawad,dkk, Album Menuju Haji Mabrur(Jalan bentoel no 45 Surabaya, PT.Java pustaka grup: 2004) hlm 32
[8] Jamaluddin bin Hashim, PANDUAN MENGERJAKAN UMRAH (Pensyarah Fakulti Pengajian Kontemporari Islam) hlm 139-145
[9] Taufiqurrochman, Manasik haji dan Ziarah spiritual (Jalan Gajayana 50 Malang, UIN Malang pres: DESEMBER 2009). Hlm 39-42
[10] IBID. hlm 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar