A. Pengertian Kelembutan
Kelembutan
berasal dari kata lembut yang berarti lunak, halus, baik hati. Sedangkan
kelembutan sendiri memiliki arti kehalusan budi pekerti, watak, tutur kata[1].
Seperti dalam firman Allah yang berbunyi[2]:
فبما رحمة مّن الله لنت لهم ولو كنت فظّا غليظ القلب لانفضّواْ من حولك..... (العمران ١٥٩)
Artinya: “Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu”.
Kelembutan adalah sayap yang menyejukkan bagi operasionalisasi
rasa dan kasih sayang. Ironis apabila kasih sayang yang diwujutkan melalu isifatarogan,
penyangkalan, penolakan, perlawanan, amarah, antagonistic dan semacamnya.
Kelembutan merupakan bukti kasih sayang dalam hubungan anatara pendidik dan peserta
didik. Kasih sayang dan kelembutan sebenarnya berada dalam satu paket yang seharusnya mendasari dan mewarnai seluruh aspek
situasi pendidikan.
B. Peran Seorang Guru MI
Seorang pendidik harus melakukan
berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan dengan sifa tkelembutan, yaitu:
a.
Pendidik sebagai pembimbing,
dengan rasa kelembutan yang diberikan oleh
pendidik, peserta didik akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan
yang sedang dialami sekarang maupun bekal kehidupan di masa yang akan datang.
Dalam berbagai kasus tidak sedikit ditemukan akibat tidak mendapatkan rasa
kelembutan dari orang tuanya, pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya,
mengadu, meminta pendapat, berkeluh kesah, dan berlindung.
b.
Pendidik sebagai pembentuk
kepribadian, tindakan-tindakan criminal seperti mencuri, bunuhdiri atau kejahatan-kejahatan
lainnya bisa dilakukan oleh seorang peserta didik akibat kehilangan rasa
kelembutan dari orang tua atau siapa saja. Kata “siapa saja” mengindikasikan bahwa
di samping orang tua ada pihak lain yang dapat menjadi penyebab hancurnya kepribadian
seorang peserta didik. Pendidik yang baik akan memperhatikan hal ini sebagai bagian
dari perannya dalam menjalankan proses pendidikan.
c.
Pendidik sebagai tempat
perlindungan, akibat tidak mendapatkan rasa kelembutan dari orang tua, banyak anak
yang kabur dari rumah. Dalam tindakan ini, anak akan mencari perlindungan kepada
siapa saja yang dianggap dekat. Beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung
pada orang yang berlatarbelakang baik, tetapi jika sebaliknya maka akan berakibat
merusak masa depannya. Menyikapi kasus ini, jika seorang pendidik dapat memberikan
sifat kelembutan maka ada kecenderungan anak untuk mencari perlindungan kepadanya.
Pada kondisi ini, pendidik idealnya berlaku bijaksana, mendengarkan masalah
yang dihadapi anak, memberikan nasehat dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan
yang dilakukan anak.
d.
Pendidik sebagai figure
teladan, dalam kehidupan keluarga, orang tua pasti mencintai anak-anaknya.
Tetapi rasa kelembutan saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan psikologis anak-anak.
Rasa kelembutan harus terwujud melalui perilaku secara konkret. Rasa kelembutan
yang terwujud melalui perilaku secara psikologis akan dapat dirasakan oleh anak
dan dapat menjadi contoh atau tauladan. Seorang pendidik yang berperilaku ramah,
hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka kesal, merespon pembicaraan
peserta didik, dapat menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi peserta
didik. Peserta didik tidak takut berbicara,
dapat mencurahkan isi hatinya saat menghadapi masalah dan peserta didik akan senang
melibatkan diri dalam kegiatan di sekolah. Perilaku peserta didik yang
terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau mentauladani perilaku
yang diperlihatka npendidik.
e.
Pendidik sebagai sumber
pengetahuan, sifat kelembutan orang tua sampai kapan pun harus tetap ada karena
anak-anak sangat membutuhkannya. Dalam proses pendidikan yaitu adanya transformasi
pengetahuan sikap memberi dan melarang seharusnya dilakukan dengan hati-hati terhadap
peserta didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku peserta didik.
Dapat berubah positif apabila pengetahuan yang diterima peserta didik sesuai dengan
masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka akan membentuk perilaku peserta
didik yang negatif. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memahami bahwa dalam
mentransfer pengetahuan harus didasari dengan sifat kelembutan.
C.
Mewujudkan
Mengajar Dengan SifatKelembutan di Sekolah
Modal utama cinta salah satunya
adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan
melahirkan cinta, perasaan cinta akan
semakin mereka tekankan
hubungan antara guru dengan siswanya.
Bila seorang mencintai sesuatu,
pasti ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya tersebut. Dan perasaan cinta akan semakin merekatkan hubungan
antara guru dan siswanya. Bila seseorang mencintai sesuatu, pasti ia akan
berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya. Jika siswa menemukan kelembutan
setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa gurunya
memang mencintai mereka hampir semua guru berkeinginan untuk mencintai dan
dicintai siswanya. Oleh karena itu kita tidak boleh tergesa-gesa mengecap hitam
terhadap anak yang bertingkah polah negatif, tetapi segeralah kita menangkap
pesa cinta dari anak tersebut. Disinilah asal hati menjadi lunak dan lembut.
Jika guru menganut filsafat ini bagaimanapun karakter siswa yang di hadapi,
guru akan mampu menerima dan menghadapinya dengan bijak. Nyatakan “Akulah
sahabatmu” apabila ada teman yang selalu setia yang bersama kita dikala senang
atau susah maka dialah teman sejati. Guru jangan jadi model polisis yang akan
menjadi teman dinas bagi siswanya sebagai teman sejati guru harus mampu
menciptakan komunikasi untuk memecahkan kebekuan suasana dalam berinterkasi dengan
siswa.
D.
Contoh Sikap Kelembutan
Kasih sayang dan kelembutan itu dikehendaki untuk memunculkan
cara perilaku antara pendidik terhadap peserta didik. Perlakuan yang teraktualisasikan, yaitu[3]:
a.
Sapaan
Contohnya: Pendidik menyapa peserta
didik dengan kelembutan dan memanggil dengan nama yang baik, mengucapkan salam, menegur dengan manis, segar dan
bersemangat.
b.
Respon Positif
Contohnya: Merespon dengan
kata-kata yang baik dan menghindari kata-kata yang menghina, melecehkan,
merendahkan, kasar ataupun tidak pantas.
c.
Tutur kata
Contohnya: Dalamintonasi, tekanan
suara dan irama tidak terlalu keras dan cepat dengan kata-kata yang terpilih dan
mengenakkan, tidak berangasan, tergesa-gesa, antagonistic dan munafik.
d.
Ajakan dan dorongan
Contohnya: Mengajak dan mendorong
secara tulus, mengajak sebagai mitra bukan penguasa, mengutamakan persuasi.
e.
Menahan emosi
Guru harus pandai menahan
emosi nya secara baik dan canggih. Jangan sampai mencampuradukkan persoalan
pribadi dengan masalah sekolah bila guru ingin meluapkan emosi di hadapan
siswa, hendaklah dengan cara duduk, jangan dengan berdiri apalagi berkacak
pinggang bila marah belum reda hendaklah mengambil air wudlu atau mencuci muka.
f.
Hindari prakonsepsi negatif
Dalam menghadapi siswa yang
bikin ulah dikels, sebaiknya guru jangan mudah terbawa emosi. Untuk menghindari
hal seperti itu guru harus mampu menjadi sosok yang pemaaf. Seorang guru harus
memahami bahwa anak berbuat kesalahan lebih karena dorongan naluri
kekanak-kanakannya ketimbang rasionalnya. Buatlah kondisi interaksi kembali
netral dengan maaf.
g.
Hadirkan mereka dalam do’a
Guru adalah orang kedua bagi
anak. Maka, hendaklah guru berusaha berbuat sebagaimana dilakukan orang tua
kepada anknya. Mendoakan anak secara rahasia merupakan keniscayaan bagi guru
yang kini banyak terlupakan. Guru sebagai pengajar dan pendidik serta yang
tidak kalah pentingnya adalah menjadi pendoa bagi anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar