Rabu, 23 November 2016

KELEMBUTAN GURU MI



A.    Pengertian Kelembutan
Kelembutan berasal dari kata lembut yang berarti lunak, halus, baik hati. Sedangkan kelembutan sendiri memiliki arti kehalusan budi pekerti, watak, tutur kata[1]. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi[2]:
فبما رحمة مّن الله لنت لهم ولو كنت فظّا غليظ القلب لانفضّواْ من حولك.....      (العمران ١٥٩)
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.
Kelembutan adalah sayap yang menyejukkan bagi operasionalisasi rasa dan kasih sayang. Ironis apabila kasih sayang yang diwujutkan melalu isifatarogan, penyangkalan, penolakan, perlawanan, amarah, antagonistic dan semacamnya. Kelembutan merupakan bukti kasih sayang dalam hubungan anatara pendidik dan peserta didik. Kasih sayang dan kelembutan sebenarnya berada dalam satu paket yang seharusnya mendasari dan mewarnai seluruh aspek situasi pendidikan.
B.     Peran Seorang Guru MI
Seorang pendidik harus melakukan berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan dengan sifa tkelembutan, yaitu:
a.         Pendidik sebagai pembimbing, dengan rasa kelembutan  yang diberikan oleh pendidik, peserta didik akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan yang sedang dialami sekarang maupun bekal kehidupan di masa yang akan datang. Dalam berbagai kasus tidak sedikit ditemukan akibat tidak mendapatkan rasa kelembutan dari orang tuanya, pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya, mengadu, meminta pendapat, berkeluh kesah, dan berlindung.
b.        Pendidik sebagai pembentuk kepribadian, tindakan-tindakan criminal seperti mencuri, bunuhdiri atau kejahatan-kejahatan lainnya bisa dilakukan oleh seorang peserta didik akibat kehilangan rasa kelembutan dari orang tua atau siapa saja. Kata “siapa saja” mengindikasikan bahwa di samping orang tua ada pihak lain yang dapat menjadi penyebab hancurnya kepribadian seorang peserta didik. Pendidik yang baik akan memperhatikan hal ini sebagai bagian dari perannya dalam menjalankan proses pendidikan.
c.         Pendidik sebagai tempat perlindungan, akibat tidak mendapatkan rasa kelembutan dari orang tua, banyak anak yang kabur dari rumah. Dalam tindakan ini, anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat. Beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung pada orang yang berlatarbelakang baik, tetapi jika sebaliknya maka akan berakibat merusak masa depannya. Menyikapi kasus ini, jika seorang pendidik dapat memberikan sifat kelembutan maka ada kecenderungan anak untuk mencari perlindungan kepadanya. Pada kondisi ini, pendidik idealnya berlaku bijaksana, mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasehat dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak.
d.        Pendidik sebagai figure teladan, dalam kehidupan keluarga, orang tua pasti mencintai anak-anaknya. Tetapi rasa kelembutan saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan psikologis anak-anak. Rasa kelembutan harus terwujud melalui perilaku secara konkret. Rasa kelembutan yang terwujud melalui perilaku secara psikologis akan dapat dirasakan oleh anak dan dapat menjadi contoh atau tauladan. Seorang pendidik yang berperilaku ramah, hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka kesal, merespon pembicaraan peserta didik, dapat menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi peserta didik.  Peserta didik tidak takut berbicara, dapat mencurahkan isi hatinya saat menghadapi masalah dan peserta didik akan senang melibatkan diri dalam kegiatan di sekolah. Perilaku peserta didik yang terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau mentauladani perilaku yang diperlihatka npendidik.
e.         Pendidik sebagai sumber pengetahuan, sifat kelembutan orang tua sampai kapan pun harus tetap ada karena anak-anak sangat membutuhkannya. Dalam proses pendidikan yaitu adanya transformasi pengetahuan sikap memberi dan melarang seharusnya dilakukan dengan hati-hati terhadap peserta didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku peserta didik. Dapat berubah positif apabila pengetahuan yang diterima peserta didik sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka akan membentuk perilaku peserta didik yang negatif. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memahami bahwa dalam mentransfer pengetahuan harus didasari dengan sifat kelembutan.
C.     Mewujudkan Mengajar Dengan SifatKelembutan di Sekolah
Modal utama cinta salah satunya adalah kelembutan sikap. Kelembutan akan melahirkan cinta, perasaan cinta akan semakin mereka tekankan hubungan antara guru dengan siswanya.  Bila seorang mencintai sesuatu, pasti ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya tersebut. Dan perasaan cinta akan semakin merekatkan hubungan antara guru dan siswanya. Bila seseorang mencintai sesuatu, pasti ia akan berperilaku lembut terhadap sesuatu yang dicintainya. Jika siswa menemukan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru, maka siswa akan meyakini bahwa gurunya memang mencintai mereka hampir semua guru berkeinginan untuk mencintai dan dicintai siswanya. Oleh karena itu kita tidak boleh tergesa-gesa mengecap hitam terhadap anak yang bertingkah polah negatif, tetapi segeralah kita menangkap pesa cinta dari anak tersebut. Disinilah asal hati menjadi lunak dan lembut. Jika guru menganut filsafat ini bagaimanapun karakter siswa yang di hadapi, guru akan mampu menerima dan menghadapinya dengan bijak. Nyatakan “Akulah sahabatmu” apabila ada teman yang selalu setia yang bersama kita dikala senang atau susah maka dialah teman sejati. Guru jangan jadi model polisis yang akan menjadi teman dinas bagi siswanya sebagai teman sejati guru harus mampu menciptakan komunikasi untuk memecahkan kebekuan suasana dalam berinterkasi dengan siswa.
D.    Contoh Sikap Kelembutan
Kasih sayang dan kelembutan itu dikehendaki untuk memunculkan cara perilaku antara pendidik terhadap peserta didik. Perlakuan yang teraktualisasikan, yaitu[3]:
a.       Sapaan
Contohnya: Pendidik menyapa peserta didik dengan kelembutan dan memanggil dengan nama yang baik, mengucapkan salam, menegur dengan manis, segar dan bersemangat.
b.      Respon Positif
Contohnya: Merespon dengan kata-kata yang baik dan menghindari kata-kata yang menghina, melecehkan, merendahkan, kasar ataupun tidak pantas.
c.       Tutur kata
Contohnya: Dalamintonasi, tekanan suara dan irama tidak terlalu keras dan cepat dengan kata-kata yang terpilih dan mengenakkan, tidak berangasan, tergesa-gesa, antagonistic dan munafik.
d.      Ajakan dan dorongan
Contohnya: Mengajak dan mendorong secara tulus, mengajak sebagai mitra bukan penguasa, mengutamakan persuasi.
e.       Menahan emosi
Guru harus pandai menahan emosi nya secara baik dan canggih. Jangan sampai mencampuradukkan persoalan pribadi dengan masalah sekolah bila guru ingin meluapkan emosi di hadapan siswa, hendaklah dengan cara duduk, jangan dengan berdiri apalagi berkacak pinggang bila marah belum reda hendaklah mengambil air wudlu atau mencuci muka.
f.       Hindari prakonsepsi negatif
Dalam menghadapi siswa yang bikin ulah dikels, sebaiknya guru jangan mudah terbawa emosi. Untuk menghindari hal seperti itu guru harus mampu menjadi sosok yang pemaaf. Seorang guru harus memahami bahwa anak berbuat kesalahan lebih karena dorongan naluri kekanak-kanakannya ketimbang rasionalnya. Buatlah kondisi interaksi kembali netral dengan maaf.
g.      Hadirkan mereka dalam do’a
Guru adalah orang kedua bagi anak. Maka, hendaklah guru berusaha berbuat sebagaimana dilakukan orang tua kepada anknya. Mendoakan anak secara rahasia merupakan keniscayaan bagi guru yang kini banyak terlupakan. Guru sebagai pengajar dan pendidik serta yang tidak kalah pentingnya adalah menjadi pendoa bagi anak didiknya.





[1]Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2]kelembutan/IndahnyaSifatKelembutandalamHaditsdan Al-Qur’an _ Ajaran Islam.htm
[3] Abdul Majid, S.Ag.,M.Pd., PerencanaanPembelajaran(Bandung PT. RemajaRuskadaraya: 2012) .hlm,.34.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar