Rabu, 23 November 2016

PENGUATAN GURU MI



A.  Pengertian Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang berarti kukuh, teguh, tahan dan awet, mendapat awalan dan akhiran – an menjadi penguatan yang berarti perbuatan mengukuhkan, meneguhkan, mempertahankan dan mengawetkan.[1]
Ketrampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon baik verbal ataupun non verbal, yang diberikan guru terhadap tingkah laku siswa untuk memberikan umpan balik atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa yang lain untuk berbuat hal yang sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi.[2]
Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.[3]
Ada pula pendapat lain, ketrmpilan memberikan penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai ketrampilan memberikan penguatan karena “penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian”.

B.  Tujuan Penguatan
Penguatan dapat ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Ada beberapa tujuan penguatan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan perhatian siswa.
Melalui penguatan, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian
perhatian siswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui
respon yang diberikan kepada siswanya.
2.      Memudahkan siswa belajar.
Untuk memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan respon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari rasa takut salah dalam belajar.
3.      Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
4.      Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.
5.      Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.
6.      Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik dan inisiatif pribadi.

C.  Aplikasi pemberian penguatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin bahwa siswa menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat berikut :
a.       Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan benda yang menjadi tujuan belajar.
b.      Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis.
c.       Menyelesaikan hasil kerja.
d.      Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan dan mutu materi).
e.       Perbaikan pekerjaan.
f.       Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik dan tertulis).
g.      Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).

D.  Komponen Pemberian Penguatan
a.    Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata atau kalimat yang diucapkan guru. Contoh: “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatmu”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.
b.    Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda setuju, menaikkan ibu jari tanda “jempolan”, dan lain-lain.

c.    Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan pendapat guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri disamping siswa. Sering gerakan guru mendekati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.
d.   Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa , atau mengangkat tangan siswa. Seringkali untuk anak-anak yang masih kecil guru mengusap rambut kepala siswa.
e.    Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temannya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan dan lain-lain.
f.     Penguatan berupa tanda atau benda
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam symbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif . bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian prangko, bintang, permen dan sebagainya.[4]

E. Prinsip Pemberian Penguatan
a.    Dalam menggunakan komponen harus bervariasi.
Banyak aktivitas dan tugas yang hisa diberikan guru selama selang waktu pembelajaran. Tentu saja bergam pula partisipasi yang diberikan oleh siswa setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu hidup guru harus pintar memvariasikan berbagaibentuk penguatan kadang mengatakan bagus,  kadang mengacungkan jempol berikutnya tersenyum sambil menganggukkan kepala lalu mendekati siswa begitu seterusnya sehingga ucapan atau tanggaan yang sama tidak keluar berualang ulang dalam waktu terbatas.
b.    Pemberian penguatan lebih baik dilakukan secara langsung dan segera.
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
c.    Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan secara tidak penuh dapat diberikan.
Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau kurang benar  tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberi penguatan, misalnya ” jawabanmu sudah baik, tapi masih kurang tepat”. Kemudian guru meminta siswa lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah.
d.   Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh
e.    Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik.
Kadang kala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya didalam kelas tau bisajadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa dihadapan teman-temannya.
f.     Hangat dan antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tetntu saja tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertjuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukakan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara  psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku ,diam ,ramai dan tegang menjadi kondusif. Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makana tersendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias siswa yang tadinya malas, mengantuk,capek, atau melakukan aktivitas`lain menjadi tertarik ikutdalam pelajaran.
g.    Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar merasa terpuji dan tersanjung.
h.    Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya, memberikan penguatan kepada siswa tertentu, kepada kelompok siswa, ataupun kepada seluruh siswa secara utuh.
i.      Pemilihan waktu penguatan
Pemilihan waktu dalam memberikan penguatan juga harus diperhatikan oleh guru. Contoh, ketika pembubaran kelas lebih awal pada saat siswa sedang ribut akan menajdi bentuk penguatan perilaku yang kurang tepat. Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut sebelum jam pelajaran berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.


[1] Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 154
[2] Zainal Aqip, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2007), hlm. 61
[3] J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1986), hlm 58
[4] J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1986), hlm 59.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar