A. Pengertian Penguatan
Penguatan berasal dari kata kuat yang berarti kukuh,
teguh, tahan dan awet, mendapat awalan dan akhiran – an menjadi penguatan
yang berarti perbuatan mengukuhkan, meneguhkan, mempertahankan dan mengawetkan.[1]
Ketrampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah
segala bentuk respon baik verbal ataupun non verbal, yang diberikan guru
terhadap tingkah laku siswa untuk memberikan umpan balik atas perbuatannya
sebagai suatu dorongan atau koreksi dan memotivasi siswa yang lain untuk
berbuat hal yang sama seperti siswa yang diberikan penguatan tadi.[2]
Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru
dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.[3]
Ada pula pendapat lain, ketrmpilan memberikan penguatan
adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai
ketrampilan memberikan penguatan karena “penguatan merupakan dorongan bagi
siswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian”.
B. Tujuan Penguatan
Penguatan dapat ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada
kelompok tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Ada beberapa tujuan
penguatan sebagai berikut :
1. Meningkatkan
perhatian siswa.
Melalui
penguatan, siswa akan merasa diperhatikan oleh gurunya, dengan demikian
perhatian
siswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui
respon
yang diberikan kepada siswanya.
2. Memudahkan siswa belajar.
Untuk
memudahkan belajar harus ditunjang oleh kebiasaan-kebiasaan positif dalam
pembelajaran, yaitu dengan respon-respon (penguatan) yang akan semakin
mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi dan terhindar dari rasa
takut salah dalam belajar.
3. Membangkitkan dan
mempertahankan motivasi.
4. Mengontrol atau mengubah
sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.
5. Mengembangkan dan
mengatur diri sendiri dalam belajar.
6. Mengarahkan kepada
cara berpikir yang baik dan inisiatif pribadi.
C. Aplikasi pemberian penguatan
Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin bahwa siswa menghargainya dan
menyadari akan respon yang diberikan guru. Pemberian penguatan dapat dilakukan
pada saat berikut :
a.
Siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainnya dan
benda yang menjadi tujuan belajar.
b.
Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku,
membaca, dan bekerja di papan tulis.
c.
Menyelesaikan hasil kerja.
d.
Bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian,
ketelitian, keindahan dan mutu materi).
e.
Perbaikan pekerjaan.
f.
Ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal,
fisik dan tertulis).
g.
Tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri,
dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
D. Komponen Pemberian Penguatan
a.
Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata atau kalimat yang
diucapkan guru. Contoh: “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai
pendapatmu”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain.
b.
Penguatan gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah
atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya
mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan tanda
setuju, menaikkan ibu jari tanda “jempolan”, dan lain-lain.
c.
Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa
untuk menyatakan pendapat guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau
penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi, berdiri
disamping siswa. Sering gerakan guru mendekati siswa diberikan untuk memperkuat
penguatan yang bersifat verbal.
d.
Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan
menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa , atau mengangkat tangan siswa.
Seringkali untuk anak-anak yang masih kecil guru mengusap rambut kepala siswa.
e.
Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu
temannya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat,
siswa diminta memimpin kegiatan dan lain-lain.
f.
Penguatan berupa tanda atau benda
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam
menggunakan bermacam-macam symbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa
yang positif . bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku
pekerjaan, pemberian prangko, bintang, permen dan sebagainya.[4]
E.
Prinsip Pemberian Penguatan
a.
Dalam menggunakan komponen harus bervariasi.
Banyak aktivitas dan tugas yang hisa diberikan guru
selama selang waktu pembelajaran. Tentu saja bergam pula partisipasi yang
diberikan oleh siswa setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan,
semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan selalu
hidup guru harus pintar memvariasikan berbagaibentuk penguatan kadang
mengatakan bagus, kadang mengacungkan
jempol berikutnya tersenyum sambil menganggukkan kepala lalu mendekati siswa
begitu seterusnya sehingga ucapan atau tanggaan yang sama tidak keluar
berualang ulang dalam waktu terbatas.
b.
Pemberian penguatan lebih baik dilakukan secara langsung
dan segera.
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah
muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya
cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Tidak ada waktu tunggu antara
respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
c.
Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan secara
tidak penuh dapat diberikan.
Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang
kurang benar atau kurang benar tidak
langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberi penguatan, misalnya ”
jawabanmu sudah baik, tapi masih kurang tepat”. Kemudian guru meminta siswa
lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa
jawabannya tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah.
d.
Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh
e.
Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik.
Kadang kala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah
pikirannya didalam kelas tau bisajadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru
profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif tidak
langsung menyalahkan atau menghakimi siswa dihadapan teman-temannya.
f.
Hangat dan antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat
tetntu saja tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak
bersemangat. Aktivitas yang bertjuan memberikan semangat tersebut juga tidak
akan sampai pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukakan tanpa dukungan
kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa.
Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku ,diam ,ramai dan tegang
menjadi kondusif. Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan
punya makana tersendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias siswa yang
tadinya malas, mengantuk,capek, atau melakukan aktivitas`lain menjadi tertarik
ikutdalam pelajaran.
g.
Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau
bermakna bagi siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa
diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar merasa terpuji dan tersanjung.
h.
Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas.
Misalnya, memberikan penguatan kepada siswa tertentu, kepada kelompok siswa,
ataupun kepada seluruh siswa secara utuh.
i.
Pemilihan waktu penguatan
Pemilihan waktu dalam memberikan penguatan juga harus
diperhatikan oleh guru. Contoh, ketika pembubaran kelas lebih awal pada saat
siswa sedang ribut akan menajdi bentuk penguatan perilaku yang kurang tepat.
Siswa menjadi beranggapan bahwa ketika mereka ribut sebelum jam pelajaran
berakhir membuat mereka dipulangkan lebih awal.
[1] Didi Supriadie
dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 154
[2] Zainal Aqip,
Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, (Bandung: Yrama Widya,
2007), hlm. 61
[3] J.J. Hasibuan dan
Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1986), hlm
58
[4] J.J. Hasibuan dan
Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1986), hlm
59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar